Pembelajaran Aktif & SETS
1.
Pembelajaran Aktif
Keberhasilan
pencapaian kompetensi satu mata pelajaran bergantung kepada beberapa aspek. Salah
satu aspek yang sangat mempengaruhi adalah bagaimana cara seorang guru dalam
melaksanakan pembelajaran. Kecendrungan pembelajaran saat ini masih berpusat
pada guru dengan bercerita atau berceramah. Siswa kurang terlibat aktif dalam
proses pembelajaran. Akibatnya tingkat pemahaman siswa terhadap materi
pelajaran rendah. Di samping itu, media jarang digunakan dalam pembelajaran
sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. Akibatnya bagi guru melakukan
pembelajaran tidak lebih hanya sekedar menggugurkan kewajiban. Asal tugasnya
sebagai guru dalam melakukan perintah yang terjadwal sesuai dengan waktu yang telah
dilaksanakan tanpa peduli apa yang telah diajarkan itu bisa dimengerti atau
tidak.
Beberapa ciri
dari pembelajaran aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran
model ALIS ( Active Learning In School, 2009) adalah sebagai
berikut:
·
Pembelajaran berpusat pada siswa,
·
Pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata,
·
Pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat
tinggi,
·
Pembelajaran melayani gaya belajar anak yang
berbeda – beda,
·
Pembelajaran mendorong anank untuk
berinteraksi multiarah (siswa-guru),
·
Pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai
media atau sumber belajar,
·
Pembelajaran berpusat pada anak,
·
Penataan lingkungan belajar memudahkan siswa
untuk melakukan kegiatan belajar,
·
Guru memantau proses belajar siswa,
·
Guru memberikan umpan balik terhadap hasil
kerja anak.
Untuk
menciptakan pembelajaran aktif, beberapa penelitian (Uno Hamzah, 2009) menemukan salah satunya adalah anak belajar dari
pengalamanya, selain anak harus belajar memecahkan masalah yang dia peroleh. Anak
– anak dapat belajar dengan baik dari pengalaman mereka . Mereka belajar dengan
cara melakukan, menggunakan indra mereka, menjelajahi lingkungan, baik
lingkungan berupa benda, tempat serta peristiwa – peristiwa sekitar mereka. Mereka
belajar dari pengalaman langsung dan pengalaman nyata (menulis surat untuk
temannya, menanam bunga, mengukur benda – benda disekitar, dan sebagainya)
maupun juga belajar dari bentuk – bentuk pengalaman yang menyentuh perasaan
mereka (seperti membaca buku, melihat lukisan, menonton TV atau mendengarkan
radio). Keterlibatan yang aktif dengan objek – objek ataupun gagasan – gagasan tersebut
dapat mendorong aktivitas mental mereka untuk berpikir, menganalisa,
menyimpulkan, dan menemukan pemahaman konsep baru dan mengintegrasikanya dengan
konsep yang sudah mereka ketahui sebelumnya.
Anak –
anak juga belajar dengan baik dan memahami bila apa yang di pelajari terkait
dengan apa yang sudah diketahui dan metode pembelajaran yang digunakan sesuai
dengan gaya belajar mereka (gaya belajar mendengarkan, melihat, dan bergerak
atau melakukan) dan berbagai kecerdasan yang mereka miliki (Gadner, 2004, juga Uno Hamzah 2008)
seperti bahasa, music, gerak, logika, antarpribadi, dan interpribadi.
Strategi
pembelajaran yang aktif dalam proses pembelajaran adalah siswa diharapkan aktif
terlibat dalam kegiatan pembelajaran untuk berpikir, berinteraksi, berbuat
untuk mencoba, menemukan konsep baru atau menghasilkan suatu karya. Sebaliknya,
anak tidak diharapkan pasif menerima layaknya gelas kosong yang pasif yang
hanya menerima kucuran ceramah sang guru tentang pengetahuan atau informasi
sebagaimana yang digambarkan di atas.
2. Pengertian SETS
Pendekatan SETS (Science, Environment, Technology, and Society)
dalam bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan saling temas yang merupakan
sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Asyari (dalam Tristanti, 2011:12)
mengartikan pendekatan SETS sebagai suatu pendekatan dalam pembelajaran sains
yang mengaitkan dengan lingkungan, teknologi, dan masyarakat sekitar.
Pendekatan SETS ditujukan untuk membantu peserta didik mengetahui sains,
perkembangan dan aplikasi konsep sains dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan
ini membahas tentang hal-hal yang bersifat nyata, yang dapat dipahami, dapat
dibahas, dan dapat dilihat.
Menurut podjiaji (dalam Tistanti) pembelajaran Sains Lingkungan
Teknologi dan Masyarakat pada dasarnya memberikan pemahaman tentang kaitan
antara sains teknologi dan masyarakat sekitar serta merupakan wahana untuk
melatih kepekaan siswa terhadap lingkungan sebagai akibat perkembangan sains
dan teknologi. Berdasarkan hal tersebut siswa diharapkan dapat menerapkan
pembelajaran sains dengan memanfaatkan lingkungan sekitar untuk membuat
teknologi yang bermanfaat bagi masyarakat.
a.
Hakekat Pendekatan Sains,
Teknologi lingkungan dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi lingkungan dan masyarakat (SETS)
adalah pengindonesiaan dari Science-Technology-Society (STS) yang pertama kali
dikembangkan di Amerika Serikat pada tahun 1980-an, dan selanjutnya berkembang
di Inggris dan Australia. National Science Teacher Association atau NSTA,
mendefinisikan pendekatan ini sebagai belajar/mengajar sains dan teknologi
dalam konteks pengalaman manusia. Dengan volume informasi dalam masyarakat yang
terus meningkat dan kebutuhan bagi penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, dan
hubungannya dengan kehidupan masyarakat dapat menjadi lebih mendalam, maka
pendekatan SETS dapat sangat membantu bagi anak. Oleh karena pendekatan ini
mencakup interdisipliner konten dan benar- benar melibatkan anak sehingga dapat
meningkatkan kemampuan anak. Pendekatan ini dimaksudkan untuk menjembatani
kesenjangan antara kemajuan iptek, membanjirnya informasi ilmiah dalam dunia
pendidikan, dan nilai–nilai iptek itu sendiri dalam kehidupan masyarakat sehari
-hari.
Pendekatan Sains Teknologi dan Masyarakat (SETS) dalam pandangan
ilmu-ilmu sosial dan humaniora, pada dasarnya memberikan pemahaman tentang
kaitan antara sains teknologi dan masyarakat, melatih kepekaan penilaian
peserta didik terhadap dampak lingkungan sebagai akibat perkembangan sains dan
teknologi (Poedjiadi, 2005). Menurut Raja (2009), keputusan yang dibuat oleh
masyarakat biasanya memerlukan penggunaan teknologi untuk melaksanakannya.
Bahkan, masyarakat dan ilmu pengetahuan menggunakan teknologi sebagai sarana
untuk menyimpan informasi. Peranan penting yang dimiliki oleh teknologi dapat
berfungsi sebagai sarana tindakan dan penyidikan dalam pendekatan SETS. Data
juga menyiratkan sifat ilmu pengetahuan sebagai sebuah bidang di semua
masyarakat.
Sains merupakan suatu tubuh pengetahuan (body of knowledge) dan
proses penemuan pengetahuan. Teknologi merupakan suatu perangkat keras ataupun
perangkat lunak yang digunakan untuk memecahkan masalah bagi pemenuhan
kebutuhan manusia. Sedangkan masyarakat adalah sekelompok manusia yang memiliki
wilayah, kebutuhan, dan norma -norma sosial tertentu. Sains, teknologi dan
masyarakat satu sama lain saling berinteraksi (Widyatiningtyas, 2009). Menurut
Widyatiningtyas (2009), pendekatan SETS dapat menghubungkan kehidupan dunia
nyata anak sebagai anggota masyarakat dengan kelas sebagai ruang belajar sains.
Proses pendekatan ini dapat memberikan pengalaman belajar bagi anak dalam
mengidentifikasi potensi masalah, mengumpulkan data yang berkaitan dengan
masalah, mempertimbangkan solusi alternatif, dan mempertimbangkan konsekuensi
berdasarkan keputusan tertentu.
Pendidikan sains pada hakekatnya merupakan upaya pemahaman,
penyadaran, dan pengembangan nilai positif tentang hakekat sains melalui
pembelajaran. Sains pada hakekatnya merupakan ilmu dan pengetahuan tentang
fenomena alam yang meliputi produk dan proses. Pendidikan sains merupakan salah
satu aspek pendidikan yang menggunakan sains sebagai alat untuk mencapai tujuan
pendidikan nasional secara umum dan tujuan pendidikan sains secara khusus,
yaitu untuk meningkatkan pengertian terhadap dunia alamiah
(Amien, 1992 dalam Widyatiningtyas, 2009).
Untuk penyusunan materi pendidikan sains, hendaknya merupakan
akumulasi dari konten, proses, dan konteks. Konten, menyangkut hal -hal yang
berkaitan dengan fakta, definisi, konsep, prinsip, teori, model, dan
terminologi. Proses, berkaitan dengan metodologi atau keterampilan untuk
memperoleh dan menemukan konten. Konteks, berkaitan dengan kepentingan sosial
baik individu maupun masyarakat atau kepentingan-kepentingan lainnya yang
berhubungan dengan perlunya pengembangan dan penyesuaian pendidikan sains untuk
menghadapi tantangan kemajuan zaman. Benneth et. al. (2005) melaporkan, bahwa
pendekatan SETS merupakan pendekatan berbasis konteks yang memiliki peranan
yang sangat penting dalam memotivasi anak dan mengembangkan keaksaraan ilmiah
mereka berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap anak laki-laki dan
perempuan yang berkemampuan rendah.
Dengan demikian, tujuan pendekatan SETS adalah untuk membentuk
individu yang memiliki literasi sains dan teknologi serta memiliki kepedulian
terhadap masalah masyarakat dan lingkungannya (Pudjiadi, 2005).
Menurut Rusmansyah (2003) dalam Aisyah (2007), pendekatan SETS
dilandasi oleh tiga hal penting yaitu:
1. Adanya keterkaitan yang erat antara sains, teknologi dan
masyarakat.
2. Proses belajar-mengajar menganut pandangan konstruktivisme,
yang pada pokoknya menggambarkan bahwa anak membentuk atau membangun
pengetahuannya melalui interaksinya dengan lingkungan.
3. Dalam pengajarannya terkandung lima ranah, yang terdiri atas
ranah pengetahuan, ranah sikap, ranah proses sains, ranah kreativitas,
dan ranah hubungan dan aplikasi.
Program pembelajaran dengan pendekatan SETS pada umumnya
mempunyai karakteristik, sebagai berikut:
1. Identifikasi masalah-masalah setempat.
2. Penggunaan sumber daya setempat yang digunakan dalam
memecahkan masalah.
3. Keikutsertaan yang aktif dari siswa dalam mencari informasi
untuk memecahkan masalah.
4. Perpanjangan pembelajaran di luar kelas dan sekolah.
5. Fokus kepada dampak sains dan teknologi terhadap siswa.
6. Isi dari pembelajaran bukan hanya konsep-konsep saja yang
harus dikuasai siswa dalam kelas
7. Penekanan pada keterampilan proses di mana siswa dapat
menggunakan dalam memecahkan masalah.
8. Penekanan pada kesadaran karir yang berkaitan dengan sains
dan teknologi.
9. Kesempatan bagi siswa untuk berperan sebagai warga negara
identifikasi bagaimana sains dan teknologi berdampak di masa depan.
10. Kebebasan atau otonomi dalam proses belajar.
b. Konsep Pendidikan Sains lingkungan Teknologi
dan Masyarakat
Inovasi pendidikan selalu dilakukan oleh ahli pendidikan agar
pendidikan siswa lebih bermakna, ini tentunya selalu disesuaikan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan tuntutan masyarakat. Pendekatan
pembelajaran yang inovatif yang dikembangkan oleh ahli pendidikan sekarang
salah satunya adalah diintegrasikannya pendidikan berwawasan lingkungan,
misalnya Pendidikan bervisi STS (Science Technology Society) berarti pendidikan
bervisi Sains Teknologi dan Masyarakat, pendidikan bervisi EE (Environmental
Education) berarti pendidikan lingkungan hidup, pendidikan STL (Sciencetific
and Technological Literacy ) artinya pendidikan berwawasan Sains dan merujuk
Teknologi. Beberapa waktu berlalu belum menampakkan hasil optimal dari
pengintegrasian visi-visi tersebut dalam pendidikan. Untuk itulah perlu
dikembangkan pendidikan bervisi SETS sebagai satu kesatuan Sains, Lingkungan,
Teknologi dan Masyarakat yang tidak boleh dipisahkan. Ketergantungan terhadap
produk alam untuk keperluan kehidupan sehari-hari masih cukup tinggi. Sehingga
tingkat kekayaan alam yang relatif berkurang dibandingkan dengan jumlah manusia
yang membutuhkan, semakin memberi dukungan terhadap aplikasi pendidikan bervisi
SETS.
Hakekat SETS dalam pendidikan merefleksikan bagaimana harus
melakukan dan apa saja yang bisa dijangkau oleh pendidikan SETS. Pendidikan
SETS harus mampu membuat peserta didik yang mempelajarinya baik siswa maupun
warga masyarakat benar-benar mengerti hubungan tiap-tiap elemen dalam SETS.
Hubungan yang tidak terpisahkan antara sains, lingkungan, teknologi dan
masyarakat merupakan hubungan timbal balik dua arah yang dapat dikaji
manfaat-manfaat maupun kerugian-kerugian yang dihasilkan. Pada akhirnya peserta
didik mampu menjawab dan mengatasi setiap problem yang berkaitan dengan
kekayaan bumi maupun isu-isu sosial serta isu-isu global, hingga pada akhirnya
bermuara menyelamatkan bumi.
Keberhasilan Pendidikan SETS dengan kedalaman yang memadai
sangat relevan untuk memecahkan problem yang melanda kehidupan sehari-hari.
Misalnya masalah pencemaran, pengangguran, bencana alam, kerusuhan sosial dan
lain-lainnya. Isu-isu tersebut dapat dibawa ke dalam kelas dan dikaji melalui
pendidikan SETS untuk dicarikan pemecahannya, paling tidak pencegahannya.
Pendidikan SETS pada hakekatnya akan membimbing peserta didik untuk berpikir
global dan bertindak lokal maupun global dalam memecahkan masalah-masalah yang
dihadapi sehari -hari. Masalah-masalah yang berada di masyarakat dibawa ke
dalam kelas untuk dicari pemecahannya menggunakan pendidikan SETS secara
terpadu dalam hubungan timbal balik antar elemen-elemen sains, lingkungan,
teknologi, masyarakat.
Peserta didik dilatih agar mampu berpikir secara global dalam
memecahkan masalah lokal, nasional maupun internasional sesuai dengan kadar
kemampuan berpikir dan bernalarnya. Peserta didik dibimbing untuk memiliki
kepekaan terhadap masalah-masalah di masyarakat dan berperan aktif untuk turut
mencari pemecahannya. Pendidikan SETS ini dapat mengatasi kelemahan
sistem pendidikan klasik dimana peserta didik diajak melaju untuk menyelesaikan
materi pelajaran, tanpa diketahui dengan jelas implementasi peserta didik
terhadap daya serap materi pelajaran (Apakah materi pelajaran dapat dikuasai
keseluruhan atau sebagian, dan kompetensi dasar apa yang sudah dicapai).
Sehingga Pendidikan SETS dapat mengantisipasi beberapa hal pokok dalam
membekali peserta didik, diantaranya :
a. Menghindari ‘materi oriented’ dalam pendidikan tanpa tahu
masalah – masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.
b. Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk
menyongsong era globalisasi (AFTA–2003, AFAS–2003, WTO–2010).
c. Peserta didik mampu menjawab dan mengatasi setiap masalah
yang berkaitan dengan kelestarian bumi, isu-isu sosial, isu-isu global, misalnya
masalah pencemaran, pengangguran, kerusuhan sosial, dampak hasil teknologi dan
lain-lainnya hingga pada akhirnya bermuara menyelamatkan bumi.
d. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan masalah –
masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi, sosial secara integral,
baik di dalam maupun di luar kelas.
Pendidikan SETS mencakup topik maupun konsep yang berhubungan
dengan sains, teknologi, lingkungan dan berbagai hal yang diperkirakan melanda
masyarakat. Obyek-obyek pendidikan yang dipelajari pada akhirnya diharapkan
dimengerti dengan baik korelasinya dengan keempat elemen utama SETS. Pendidikan
SETS bukan pendidikan di angan-angan atau di atas kertas saja, melainkan
pendidikan SETS benar-benar membahas sesuatu yang nyata / riil, bisa dipahami,
dapat dilihat dan dibahas dan bisa dipecahkan jalan keluarnya. Kurang pada
tempatnya jika pembahasan SETS hanya sebatas elemen per elemen yang terpisah
satu sama lain. Apabila hal itu dilakukan sama artinya dengan memfokuskan pada
salah satu unsur dari SETS.
Keempat unsur pada Pendidikan SETS saling berinteraksi dalam
membahas suatu konsep pendidikan baik sains maupun non sains. Untuk memenuhi
kepentingan peserta didik perlu diciptakan suatu program yang sesuai dengan
tingkat pendidikan peserta didik maupun warga masyarakat. Para guru diharapkan
lebih berhati-hati dalam pengajarannya jika memasukkan konsep atau topik yang
akan dibahas dengan teknik Pendidikan SETS. Topik tersebut harus aktual dan
sesuai dengan subyek yang sedang dipelajari dan tentunya tidak bertentangan
dengan kurikulum yang dibakukan. Satu hal yang paling penting, Pendidikan SETS
harus dapat membawa setiap peserta didik berperan serta dalam kegiatan
pembelajaran.
c.
Tujuan Pendidikan Sains lingkungan Teknologi dan Masyarakat
Tujuan Pendidikan SETS adalah untuk membantu peserta didik
mengetahui sains, perkembangan sains, teknologi -teknologi yang digunakannya,
dan bagaimana perkembangan sains serta teknologi mempengaruhi lingkungan serta
masyarakat. Pendidikan SETS berupaya memberikan pemahaman tentang peranan
lingkungan terhadap sains, teknologi, masyarakat. Sebaliknya peranan masyarakat
terhadap arah perkembangan sains, teknologi dan keadaan lingkungan. Termasuk
juga peranan teknologi dalam penyesuaiannya dengan sains, manfaatnya terhadap
masyarakat dan dampak -dampak yang ditimbulkan terhadap lingkungan. Tidak
ketinggalan peranan sains untuk melahir kan konsepkonsep yang berdaya guna
positif, keterlibatannya pada teknologi yang dipakai maupun pengaruhnya
terhadap masyarakat dan lingkungan secara timbal balik. Jadi tujuan utama
Pendidikan SETS ialah bagaimana membuat agar SETS dapat menolong manusia
membuat surga dunia di muka bumi ini, bukan sebaliknya menciptakan neraka dunia
dalam segala aspek kehidupan. SETS sesungguhnya harus mampu menolong setiap
negara di dunia untuk mewujudkan kemakmuran bagi semua warga negaranya.
Dalam memberikan pengantar Pendidikan SETS kepada peserta didik,
setiap guru harus dapat menciptakan variasi pendekatan atau konsep pembelajaran
yang disesuaikan tingkat kemampuan maupun obyektivitas dari pendidikan SETS itu
sendiri. Perlu diingat bahwa tidak tertutup kemungkinan seorang siswa memiliki
peluang lebih besar untuk mengalami sesuatu topik masalah secara lebih nyata
dibanding dengan gurunya. Apabila hal itu terjadi, para guru hendaknya tidak
merasa berkecil hati, justru merasa lebih tertantang dengan kondisi yang ada
untuk belajar lebih keras dan mencoba mendahului kemampuan muridnya dengan
tujuan positif. Jangan sampai terjadi karena muridnya diketahui lebih cepat
dapat mengakses pengetahuan yang ada, seorang guru menjadi tidak suka atau
antipati kepada muridnya. Segi baik lainnya adalah setiap murid secara
perorangan dapat mengoptimalkan pengetahuan yang dimilikinya untuk bekerja sama
dengan temannya dalam proses Pendidikan SETS. Hal ini mengandung arti murid
yang bersangkutan telah belajar bagaimana bersosial masyarakat.
Berarti sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat saling
terkait dalam hubungan dua arah antara sains dengan lingkungan, teknologi,
masyarakat. Antara lingkungan dengan sains, teknologi, masyarakat. Antara
teknologi dengan sains, lingkungan, masyarakat. Antara masyarakat dengan sains,
lingkungan, teknologi. Hubungan kesalingterkaitan dua arah antara elemen-elemen
SETS menunjukkan interaksi positif maupun negatif yang menjadi dampak yang
tumbuh dari perkembangan tiap -tiap elemen SETS.
Pendidikan SETS harus dapat membuat peserta didik memahami
hakekat dari ‘Sains, Lingkungan, Teknologi, Masyarakat’ sebagai satu kesatuan.
Maksudnya peserta didik harus selalu memperhitungkan saling keterkaitan antara
elemen-elemen dalam SETS. Pendidikan SETS tidak hanya memperhatikan sains,
teknologi, masyarakat tetapi juga dampak positif / negatif yang diakibatkan
oleh sains dan teknologi yang dipakai oleh masyarakat pada lingkungan dan
masyarakat itu sendiri.
Unsur-unsur yang dimiliki dalam Pendidikan lingkungan (EE –
Environmental Education) dan Pendidikan STS (Science Technology Society) tidak
selengkap Pendidikan SETS. Fokus Pendidikan SETS meliputi belajar di (in),
untuk (for), tentang (about) lingkungan, dengan mencoba menemukan dan
mengungkap penyebab permasalahan serta kemungkinan apa yang menimbulkan dampak
pada lingkungan di masa yang akan datang. Terutama sekali dampak-dampak yang
timbul akibat sains dan teknologi yang digunakan dalam usaha memenuhi kebutuhan
masyarakat. Peserta didik memahami setiap elemen dalam SETS semuanya menyatu,
dan mengaplikasikan dalam proses berpikirnya dengan meninjau keterlibatan
keempat elemen tersebut dari sisi positif maupun negatif. Pendidikan SETS
bermaksud membawa peserta didik untuk mengkorelasikan antara sains, teknologi,
lingkungan dan masyarakat. Contohnya, produk-produk teknologi yang mendukung
sains. Dampak positif maupun negatif teknologi, sains terhadap masyarakat atau
lingkungan. Keterlibatan masyarakat dalam pengembangan sains dan penciptaan
teknologi serta perlakuannya terhadap lingkungan. kemampuan lingkungan dalam
penyediaan kebutuhan masyarakat, penciptaan teknologi dan pengembangan sains.
Hal-hal itulah yang dimaksudkan dalam Pendidikan SETS. Terhadap peserta didik,
tentunya sebatas pada kemampuan kognitif, penalaran dan pengetahuan awal yang
telah dimilikinya. Sehingga dalam pendidikan SETS, peserta didik benar-benar
learning to know–learning to do–learning to be– learning to live together.
Berdasarkan pemikiran Pendidikan SETS kita dapat membangun
generasi muda yang melihat ke depan (futuristik) ke arah peningkatan kualitas
hidup setiap anggota masyarakat.
Yang perlu diperhatikan dalam membelajarkan SETS untuk major
sains adalah sebagai berikut.
1. Topik yang dipilih hendaknya memunculkan sains yang telah
dikenal dalam kurikulum, dan dititikberatkan pada keterkaitan hubungan dengan
teknologi, lingkungan maupun masyarakat.
2. Hendaknya diberikan materi pengajaran yang dapat menyentuh
rasa kepedulian tentang keberadaan sains, teknologi, lingkungan, masyarakat
sebagai satu kesatuan yang tidak terpisah.
3. Pemilihan materi pengajaran hendaklah yang dapat membawa
peserta didik ke arah ‘melek’ sains dan teknologi beserta penerapannya dan
berbagai dampaknya positif atau negatif terhadap lingkungan, masyarakat, serta
pada teknologi itu sendiri sehingga dapat lebih menumbuhkan kepedulian peserta
didik dan tanggung jawab mereka pada pemecahan masalah lingkungan dan
masyarakat.
4. Pembuatan bahan evaluasi hendaknya menerapkan sains,
teknologi, masyarakat, lingkungan yang relevan.
d. Tahap-tahap Pendekatan SETS
Secara operasional National Science Teacher Association menyusun
tahapan pembelajaran sains dengan pendekatan SETS sebagai berikut.
a. Tahap invitasi
Pada tahap ini guru memberikan isu/ masalah aktual yang sedang
berkembang di masyarakat sekitar yang dapat dipahami peserta didik dan dapat
merangsang siswa untuk mengatasinya. Guru juga bisa menggali pendapat dari
siswa, yang ada kaitannya dengan materi yang akan dibahas.
b. Tahap eksplorasi
Pada tahap ini, guru dan siswa mengidentifikasi daerah kritis
penyelidikan. Data-data dan informasi dapat dikumpulkan melalui
pertanyaan-pertanyaan atau wawancara, kemudian menganalisis informasi tersebut.
Data dan informasi dapat pula diperoleh melalui telekomunikasi, perpustakaan
dan sumber-sumber dokumen publik lainnya. Dari sumber-sumber informasi, siswa
dapat mengembangkan penyelidikan berbasis ilmu pengetahuan untuk menyelidiki
isu-isu yang berkaitan dengan masalah ini. Pemahaman tentang hujan asam,
misalnya, dilakukan dalam laboratorium untuk menyelidiki sifat -sifat asam dan
basa. Penyelidikan ini memberikan pemahaman dasar untuk pengembangan, pengujian
hipotesis, dan mengusulkan tindakan (Dass, 1999 dalam Raja, 2009).
Menurut Aisyah (2007), tahap kedua ini merupakan proses
pembentukan konsep yang dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan dan metode.
Misalnya pendekatan keterampilan proses, pendekatan sejarah, pendekatan
kecakapan hidup, metode demonstrasi, eksperimen di labolatorium, diskusi
kelompok, bermain peran dan lain-lain. Pada akhir tahap kedua, diharapkan
melalui konstruksi dan rekonstruksi siswa menemukan konsep-konsep yang benar
atau konsep-konsep para ilmuan. Selanjutnya berbekal pemahaman konsep yang
benar siswa melanjutkan analisis isu atau masalah yang disebut aplikasi konsep
dalam kehidupan.
c. Tahap solusi
Pada tahap ini, siswa mengatur dan mensintesis informasi yang
mereka telah kembangkan sebelumnya dalam penyelidikan. Proses ini termasuk
komunikasi lebih lanjut dengan para ahli di lapangan, pengembangan lebih
lanjut, memperbaiki, dan menguji hipotesis mereka, dan kemudian mengembangkan
penjelasan tentatif dan proposal untuk solusi dan tindakan. Hasil tersebut
kemudian dilaporkan dan disajikan kepada rekan -rekan kelas untuk menggambarkan
temuan, posisi yang diambil, dan tindakan yang diusulkan (Dass, 1999 dalam
Raja, 2009).
Menurut Aisyah (2007), apabila selama proses pembentukan konsep
dalam tahap ini tidak tampak ada miskonsepsi yang terjadi pada siswa, demikian
pula setelah akhir analisis isu dan penyelesaian masalah, guru tetap harus
melakukan pemantapan konsep melalui penekanan pada konsep-konsep kunci yang
penting diketahui dalam bahan kajian tertentu. Hal ini dilakukan karena
konsep–konsep kunci yang ditekankan pada akhir pembelajaran akan memiliki
retensi lebih lama dibandingkan dengan kalau tidak dimantapkan atau ditekankan
oleh guru pada akhir pembelajaran.
d. Tahap aplikasi
Siswa diberi kesempatan untuk menggunakan konsep yang telah
diperoleh. Dalam hal ini siswa mengadakan aksi nyata dalam mengatasi masalah
yang muncul dalam tahap invitasi.
e. Tahap pemantapan konsep
Guru memberikan umpan balik/ penguatan terhadap konsep yang
diperoleh siswa.
Menurut Varella (1992) dalam Widyatiningtyas (2009), evaluasi
dalam SETS meliputi ruang lingkup aspek:
1. Pemahaman konsep sains dalam pengalaman kehidupan sehari
-hari.
2. Penerapan konsep-konsep dan keterampilan-keterampilan sains
untuk masalah-masalah teknologi sehari-hari.
3. Pemahaman prinsip-prinsip sains dan teknologi yang terlibat
dalam alat–alat teknologi yang dimamfaatkan masyarakat.
4. Penggunaan proses-proses ilmiah dalam pemecahan
masalah-masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari -hari.
5. Pembuatan keputusan-keputusan yang berhubungan dengan
kesehatan, nutrisi, atau hal-hal lain yang didasarkan pada konsep-konsep
ilmiah.
Menurut Yagger (1994), penilaian terhadap proses pembelajaran
yang menggunakan pendekatan SETS dapat dilakukan dengan menggunakan lima
domain, yaitu:
1. Konsep, yang meliputi penguasaan konsep dasar, fakta dan
generalisasi.
2. Proses, penggunaan proses ilmiah dalam menemukan konsep atau
penyelidikan.
3. Aplikasi, penggunaan konsep dan proses dalam situasi yang
baru atau dalam kehidupan.
4. Kreativitas, pengembangan kuantitas dan kualitas pertanyaan,
penjelasan, dan tes untuk mevalidasi penjelasan secara personal.
5. Sikap, mengembangkan perasaan positif dalam sains, belajar
sains, guru sains dan karir sains.
e. Kelebihan SETS
Menurut Ismail pendekatan SETS memiliki keunggulan sebagai
berikut.
a. Menghindari materi oriented dalam pendidikan tanpa tahu
masalah-masalah di masyarakat secara lokal, nasional, maupun internasional.
b. Mempunyai bekal yang cukup bagi peserta didik untuk
menyongsong era globalisasi
c. Membekali peserta didik dengan kemampuan memecahkan
masalah-masalah dengan penalaran sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat
secara integral baik di dalam ataupun di luar kelas.
d. Pengajaran sains lebih bermakna karena langsung berkaitan
dengan permasalahan yang muncul di kehidupan keseharian siswa tentang peranan
sains dalam kehidupan nyata.
e. Meningkatkan kemampuan siswa untuk mengaplikasikan konsep,
keterampilan, proses, kreativitas, dan sikap meghargai produk teknologi serta
bertanggung jawab atas masalah yang muncul di lingkungan.
f. Kegiatan kelompok dapat memupuk kerjasama antar siswa dan
sikap toleransi dan saling menghargai pendapat teman
g. Mengaplikasikan suatu gagasan atau penciptaan suatu karya
yang dapat bermanfaat bagi masyarakat maupun bagi perkembangan sains dan
teknologi. Dengan demikian pendekatan SETS dapat membantu siswa dalam
mengetahui sains, teknologi yang digunakannya serta perkembangan sains dan
teknologi dapat berpengaruh terhadap lingkungan dan masyarakat.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamzah, Uno. 2003. Filsafat Ilmu.
Gorontalo: Nurul Jannah.
Degeng,
I. N. 1989. Ilmu Pengajaran Taksonomi Variabel. Jakarta : PPLPTK
Poedjiadi,
Anna. 2005. Sains Teknologi Masyarat: Model Pembelajaran Kontekstual Bermuatan
Nilai. Bandung: Remaja Rosdakarya
Yager,
Robert E. 1994. Assessment Result with the Science/Technology/Society Approach.
Science and Children (Journal). Pdf. File.
Bennett,
Judith, S. Hogarth, F. Lubben dan A. Robinson. 2005. Review “The effects of
context-based and Science-Technology-Society (STS) approaches in the teaching
of secondary science on boys and girls, and on lower -ability pupils”.
EPPI-Centre University of London. Dari http://eppi.ioe.ac.uk/
Raja,
Kenneth P. 2009. Examintion of the science-technology-society with curriculum
approach. http://www.cedu.niu.edu/scied/courses/ciee344/course
files_king/sts_reading.htm.
Tristanti,
Ika Diana. 2011. Skripsi : penerapan pendekatan scinence environment technology
society (SETS) untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA siswa kelas
IV SDN Selorejo Tulungagung. FIPKSDPUM.
Widyatiningtyas,
Reviandari. 2009. Pembentukan Pengetahuan Sains, Teknologi dan Masyarakat dalam
Pandangan Pendidikan IPA. EDUCARE: Jurnal Pendidikan dan Budaya.
http://educare.e-fkipunla.net.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar